badge

Kamis, 17 Desember 2015

R.A Kosasih Bapak Komik Indonesia



Halama Haris

Salaam boi...

Di musim penghujan ini enaknya menikmati gerimis sambil berpuisi. Cuma yaaa kata-kata sedang disekolahkan dulu supaya lebih pandai bertuturnya.

Ya sudah, mari kita bicarakan komik saja. Kali ini kita akan mengenal seorang komikus legendaris di jagad perkomikan nasional. Walaupun sudah tutup usia (Semoga Allah AWJ menempatkan beliau dalam ketenangan di sisi-Nya) R.A Kosasih masih menjadi inspirasi generasi baru komikus Indonesia. Termasuk saya. T^T saya telat kenal beliau #sedihtingkatRT

Wokeee, karena itu kita perlu berkenalan dengan beliau melalui biografi singkat ini boi. Semoga menjadi inspirasi bersama dan untuk spirit mengibarkan bendera komik di nusantara.

Untuk anak-anak generasi tahun 1950-1960-an komik karya RA Kosasih memenuhi ruang imajinasi mereka sampai orang tua di masa itu. Karya-karya baliau banyak berhubungan dengan kesusastraan Hindu (Ramayana dan Mahabharata) dan sastra tradisional Indonesia, terutama dari sastra Jawa dan Sunda. 

Generasi komik era ini menyebut beliau sebagai Bapak Komik Indonesia. Raden Ahmad Kosasih begitu nama lengkapnya, lahir di Bogor, Jawa Barat, 4 April 1919 – meninggal di Tangerang, Banten, 24 Juli 2012 pada umur 93 tahun.

Halama Haris

Minat menggambar Pak Kosasih datang tanpa sengaja. Ketika kelas satu Inlands School, Bogor, beliau pernah menunggu ibunya berbelanja. Nah, di saat membantu membongkari belanjaan sang ibu itulah, matanya menangkap komik Tarzan dari potongan-potongan koran bungkus belanjaan boi. Beliau pun menjadi penikmat komik itu, meski dengan cerita yang tentu, tak berurutan.

Hobi menggambar Pak R.A Kosasih sejak kecil mengantarkannya untuk bekerja sebagai pegawai  di Kebun Raya Bogor saat itu. Tentu saja sebagai tukang gambar binatang dan tanaman boi. 

Selanjutnya, ketika salah satu penerbit di Bandung yaitu Penerbit Melodi membuka lowongan ilustrator, Pak Kosasih pun mencoba melamar sambil memperlihatkan beberapa  contoh karyanya. Penerbit tertarik dan ia pun diterima untuk bergabung dengan Penerbit Melodi.

Kemudian boi, Penerbit Melodi meminta Pak Kosasih untuk membuat cerita komik dengan tokoh utamanya seorang wanita yang  mengadaptasi tokoh superhero Amerika, Wonder Woman. Maka pada tahun 1953 lahirlah tokoh Sri Asih dan Siti Gahara. Sepanjang tahun 1953 hingga 1954 itulah sedikitnya terbitlah 9 buku petualangan Sri Asih. Wow wow wow. Superb boi!

Seiring waktu berlalu, Penerbit Melodi meminta Pak Kosasih untuk membuat komik wayang. Hanya saja, minimnya pengetahuan Pak Kosasih tentang wayang, membuatnya harus memutar otak. Maklum saja, selama ini dalam hidupnya Pak Kosasih memang hanya sebatas penonton saja dalam dunia wayang.
 

Namun Pak Kosasih tak ingin mengecewakan penerbit tempat beliau bernaung boi. Pak Kosasih pun mulai meneliti dokumen dan meminta bantuan kepada para dalang untuk membuat komik tentang epos besar asal India tersebut. Akhirnya lahirlah komik Mahabarata, Ramayana dan Arjuna Wiwaha. 


Komik-komik tersebut akhirnya mendapat animo yang cukup besar dari masyarakat pecinta komik. Puluhan jilid komik pewayangan tersebut pun diterbitkan untuk memuaskan para pemabaca dari tahun 1955 hingga 1960. Dengan karya-karyanya tersebut Kosasih pun meraih predikat sebagai “Perintis” atau “Bapak Komik Indonesia” boi...

Sejak itu tercatat lebih dari 100 judul komik yang lahir dari kemampuan menggambar beliau. Predikat yang disematkan kepada beliau sebagai penghargaan karena Pak Kosasih telah membuat industri penerbitan komik pada tahun-tahun berikutnya mampu mendominasi penerbitan buku di Indonesia. 

Pak Kosasih juga telah membuka jalan bagi ratusan seniman untuk berkarya dalam dunia komik. Ardisoma dan Oerip adalah nama komikus wayang yang lahir dan terkenal berkat jalan yang dibentangkan oleh R. A. Kosasih.

Boi, pada tahun 1964 R. A. Kosasih beralih ke Penerbit Loka Jaya-Jakarta, karena penerbit Melodi menutup usahanya. Di Penerbit barunya inilah Kosasih mulai membuat komik-komik cerita rakyat seperti Sangkuriang dan Panji Semirang, pun demikian dengan roman dan silat. 


Di Loka jaya Pak Kosasih bertahan selama 5 tahun, sebelum akhirnya ia hijrah ke penerbit Maranatha Bandung. Di penerbit inilah karya-karya Kosasih lebih banyak diterbitkan.

Sekarang Sang maestro komik telah tiada boi, ia kembali kepada zat yang telah menganugrahkan bakat menggambar padanya, Sang Maha Pelukis telah memanggil sang komikus pada tanggal 24 Juli 2012. 


“Bapak meninggal jam 1 malam tadi, setelah terjatuh karena serangan jantung,” kata putri almarhum, Yudowati.

Boi, Pak Kosasih meninggalkan banyak karya yang tercipta dari tangan, hati dan pikirannya untuk diwariskan kepada insan komik Indonesia sebagai generasi penerusnya. Sebagai insan perkomikan Indonesia, pantaslah kita mengenang dan menghormati karya-karya beliau. Selamat jalan R.A. Kosasih, Bapak Komik Indonesia.

Hai boi, terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Silahkan berkomentar dan meninggalkan kesan menyenangkan. Mari ngobrol asyik tentang apapun di blog nyantai ini. Semoga berkenan ya boi. Salaam #GoBlog ^_^


Terima Kasih

Halama Haris