Aku masih mengejamu dalam setiap koma,
menulis jejakmu dari sudut ke sudut kitab takdir...
Namun belum bisa kutemukan sebuah titik untuk menyadari,
namamu itu begitu sulit dieja dan diukir walaupun pagi berganti setiap hari...
Entah, dari aksara apa namamu disusun?
Begitu aku berbisik dari belakang meja kerja yang tak seberapa luasnya. Cukuplah hanya sebuah monitor komputer, sebuah scaner, DVD eksternal dan setumpuk buku bacaan menemai manusia berotak fiktif ini. Di sini, selalu ada bait syair yang lahir. Bukan lahir dari sebuah tekanan deadline klien atau tuntutan targeting bulanan dari studio. Ini alamiah sekali, semua kata-kata itu muncul begitu saja. Termasuk syair di atas.
Kamu pasti berfikir nama di situ adalah seseorang yang selalu melintas dalam selayang pandang atau setiap pagi menyapa salam dalam sebuah pertemuan. Jika seperti itu maka lelaki berotak fiktif ini cuma bisa tersenyum sambil menyeruput cappucino hangat.
Menyebut sebuah nama dari sekian banyak nama tidaklah mudah. Karena nyatanya semua manusia selalu berhasil menyematkan satu nama di bawah sanubari hidupnya. Jika kamu tak percaya, cukuplah kamu bertanya pada Ibu atau ayahmu di waktu yang berbeda. Bertanyalah tentang pasangan hidupnya dan lihat bagaimana mereka memilih kata-kata bersama aksaranya dengan hati-hati untuk pasangan hidupnya.
Bukankah kita semua seperti itu. Selalu berhati-hati mengeja aksara sebuah nama. Terlebih lagi nama itu adalah jantung kehidupan yang berdetak ritmis bersama takdir. Karena dianya menjadi sebuah protagonis dalam romance kisah-kisah yang hanya tertulis dengan pribadi.
Hai boi, terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Silahkan berkomentar dan meninggalkan kesan menyenangkan. Mari ngobrol asyik tentang apapun di blog nyantai ini. Semoga berkenan ya boi. Salaam #GoBlog ^_^
Terima Kasih
Halama Haris