badge

Minggu, 10 April 2011

Segepok Naskah & Segelas Kopi: Tarian Malaikat

Sepertinya sudah 8 tahun sejak saya memutuskan untuk nimbrung dalam dunia Teater. Waktu itu kelas I SMA ketika jiwa saya masih bergelora dan ingin coba sana-coba sini. Beberapa ekstrakurikuler saya ikuti, lalu ekskul Teater adalah prioritas terakhir dalam ranking perhatian saya. Karena waktu itu saya memutuskan bergabung dengan SBP (Sanggar Budaya Pelangi—nama ekskul teater SMA saya) setelah dipaksa dengan halus oleh dua “betina” gila akting yang juga teman sekelas saya. Entah kemana dua manusia ini sekarang.

Waktu itu saya benar-benar merinding membayangkan diri saya yang harus tampil sebagai orang lain di hadapan orang banyak. Apa lagi orang-orang itu bukan orang-orang yang saya kenal. Saya ragu dan menyumpahi diri yang tak juga bisa percaya diri. Namun herannya dua “betina” teman sekelasku tetap saja membujuk. Mereka bilang saya punya bakat, mereka bilang saya jago buat puisi, dan mereka bilang saya punya potensi sebagai artis (dasar memang mereka saja yang gila akting and ambisius mau jadi bintang film). Hah! rayuan dua “betina” yang terlalu halus itu pun membuat saya takluk untuk mencoba ikut teater. Catatannya disini: “m-e-n-c-o-b-a” bukan berarti saya sudah niat gabung, kalo asyik ya saya lanjutkan, kalau tidak yaaaa mundur teratur ajah (ini niat terselubung saya).

Maka ketika saya mengutarakan kesiapan saya bergabung, lalu muncul-lah tugas pertama untuk menguji kemampuan saya yang bisa saya hibahkan pada SBP. Dua ”betina” teman sekelasku memberikan informasi kalau sebelum pertemuan perdana saya akan diberi tugas sama seperti kawan-kawan lainnya. Naaah! Inilah yang membuat saya merinding!

Duuuuh…Membuat puisi!!!!

Walhasil! mau tak mau saya harus mampu membuat puisi. Di dalam kelas saat pelajaran berlangsung saya muter otak untuk bisa menuliskan sebaris-dua baris kata-kata yang setidaknya menurut saya puitis saat itu. Ini membuat saya tak fokus lagi pada pelajaran yang sedang berlangsung. Di bangku samping saya, satu dari dua “betina” gila akting memergoki kesibukan saya dengan pulpen dan kertas kosong. Nyengir dengan sangat puas melihat saya banting tulang nyari kata-kata indah. Hufth!!

Akhirnya di Rabu sore, di SMAN 2 Mataram tercinta saya datang sebagai orang baru yang ceritanya niiih : berminat dengan teater. Puisi yang saya buat di dalam kelas sebelumnya sudah terilipat dan diselipkan di kantong, maka sempurnalah ini senjata pamungkas untuk membutktikan kredibilitas seorang lelaki kecil sepertiku di forumnya pecinta seni panggung ini.

Sore itu hangat, matahari terihat keemasan di sebelah barat sana. Saya akhirnya duduk dalam lingkaran teman-teman lainnya yang sejak awal memang sudah niat bergabung dengan sanggar teater sekolah ini. Berbeda dengan saya yang dicekoki bujuk rayu dua “betina” di sebelah sana. Rrrrgh…mereka pakai nyengir-nyengir sukses padaku!

Akhirnya acara ramah tamah pun dimulai. Kuikuti saja sambil berharap-harap kakak kelas pengurus SBP menagih puisi yang kubuat untuk dikumpulkan. Tak sabar saya menunggunya sampai-sampai sesekali kuraba isi kantongku, karena khawatir kalau-kalau lipatan puisi itu tak ada di sana.

“Oke sekarang kita minta teman-teman yang sudah membuat puisi membacakannya di depan bergiliran!!”

Eit tunggu dulu, MEMBACANYA?!!! Lho! Bukannya menuliskan saja!?!? Bulu kuduk saya merinding. Keringat dingin seperti berdesakan minta keluar dari pori-pori.

Entah berapa orang yang mulai maju satu persatu sementara saya shock tak terkira. Jantung rasanya dipukuli pakai pentungan, cenat-cenut di kepala seperti dilewati belut listrik, dan sumpah saya tak siap untuk yang satu ini.

“Selanjutnya…” saya berharap tak pernah ada di tempat ini, “Haris!!”

GBLARR! ternyata sayalah tumbal selanjutnya….mengenaskan!

Waktu itu saya ingat sedang berdiri menghadap barat dengan selembar kertas bertuliskan puisi saya. Matahari sedang hangat-hangatnya di sore hari. Saya kebagian urutan nomor empat untuk membacakan puisi. Ini ujian pertama dari sanggar, saya maju sambi mengeluarkan kertas yang berlipat di dalam saku celana. Tiba-tiba nafas saya sudah empot-empotan tak jelas, keringat dingin mulai terasa merdeka di tengkuk, punggung, telapak tangan, dan wajah. Padahal membaca puisinya saja belum mulai.

Saya melihat judul puisi yang saya tulis dengan ekstra meras otak di atas kertas. Cukup bersastra dan mungkin itulah puisi terbaik saya selama SMA. Puisi yang selesai di tengah pelajaran ditemani ceringis aneh salah satu dari dua “betina” gila akting itu. Argh sekarang keduanya nyengir puas melihat saya mematung tak mulai-mulai membaca puisi.

“Tarian Malaikat!”

Gila saudara-saudara! akhirnya judul puisiku itu terucap, puisi yang sampai sekarang entah dimana keberadaanya. Saya pun mulai mengucap kata pertama dan disanalah tragedi dimulai. Tangan saya yang memegang kertas bertuliskan puisi tiba-tiba bergetar dengan hebat. Pita suara saya pun sepertinya merespon dengan alami, turut bergetar tak karuan, maka kaki saya pun ikut bergetar. Mampus sudah harga diri saya ketika itu. Tapi syukurlah tak ada adegan basah di celana, aman dunia.

Saya berpikir kawan-kawan SBP saat itu akan menertawai tingkah bodoh dan memalukan dari saya. Saya menunduk dan melangkah canggung ketika selesai membaca puisi itu. Kembali ke tempat duduk dengan segudang rasa malu. Tapi…

,,,ternyata sebaliknya, mereka orang-orang yang benar-benar menghargai proses, mereka bertepuk tangan dengan tersenyum santun. Maka saat itulah saya merasa harus bisa menampilkan yang lebih baik nantinya.

Ada kelegaan melihat sikap kawan-kawan SBP yang menghargai proses saya ketika itu. Saya jadi merasa berharga untuk bertahan di dalam sanggar. Semua dukungan terlihat di wajah mereka terkecuali dua “betina” yang telah merasa sukses menjebak saya nyemplung ke dunia panggung. Di sudut lingkaran sana mereka cengar-cengir tak bertanggung jawab, puas sepuas kemauan mereka yang sudah terpenuhi.

Awas kalian!

***

Untuk  2 “betina” SBP yang menjebakku…

Terima kasih sangat!

Salam Budaya!

Hai boi, terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Silahkan berkomentar dan meninggalkan kesan menyenangkan. Mari ngobrol asyik tentang apapun di blog nyantai ini. Semoga berkenan ya boi. Salaam #GoBlog ^_^


Terima Kasih

Halama Haris