badge

Selasa, 12 April 2011

Gubuk Kecil

SEPERTI DONGENG, kita tidak pernah tahu mengapa kita berkumpul di sini. Kecuali kita menerima dengan lapang hati keberadaan kita dalam sebuah cerita utuh yang lebih dari sekedar dongeng ini. Cerita yang dibalut oleh takdir Sang Kuasa yang telah sejak lama sejalan dengan tindakan kita.

Di dalam cerita itu sebuah gubuk telah berdiri, tempat dimana kita dipertemukan dalam sebuah visi yang telah lama dirajut oleh orang-orang terdahulu yang pernah ada di dalamnya. Bermacam warna dan rasa mewarnai gubuk kecil itu. Adakalanya orang-orang merasa beruntung dapat berkumpul di dalamnya, tapi tidak sedikit juga yang bosan, atau bahkan tak nyaman.

Lalu muncul-lah pertanyaan. Mengapa seperti itu?

Sebenarnya...kita tahu jawabannya namun lisan tak mampu menjabarkannya dalam rangkaian-rangkaian kata. Maka mengamati, menilai, dan menyimpulkan adalah usaha kita bersama untuk mencari tahu mengapa hal itu bisa terjadi.

Mari kita mulai, kawan...

Orang pertama adalah orang-orang yang merasa beruntung di dalamnya adalah orang-orang yang melakukan pencarian ketenangan diri. Sebuah ketenangan dari sesaknya kehidupan yang menggelapkan hati, ketenangan yang terangkai oleh semangat baru dari masa lalu, ketenangan yang bahkan terlecut oleh semangat berbagi dan peduli, atau mungkin ketenangan dari sebuah cahaya yang turun ke dalam hati---tanpa diduga---tanpa direkayasa.

Orang-orang ini tahu gubuk tersebut kecil dan sesak oleh segala aturan, tapi dia berusaha mengerti dan memahami bahwa aturan itu tak hanya campur tangan manusia, tapi ia sadar bahwa aturan Allah Azza Wa Jalla pun ada untuk kebaikan mereka.

Orang kedua, dimana disamping orang-orang pertama ada mereka yang tidak sedikit adalah orang-orang yang bosan menemani. Mereka diam tetapi merutuki diri dalam kegelisahan. Mereka melihat tapi terlanjur jenuh dengan tingkah-tingkah orang pertama yang tak mengerti mereka.

Mereka merasa tak pantas berada di gubuk ini hanya karena mereka tak sama dengan orang pertama. Mereka juga merasa lelah karena berbagai aturan dan tuntutan yang datang beruntun dan mereka kenal dengan istilah AMANAH. Wajarlah karena orang-orang pertama terkadang lupa melihat mereka sebagai seorang sahabat yang harusnya dibersamai dalam kesah.

Orang ketiga, adalah orang-orang yang tak nyaman. Mereka telah sampai pada titik jenuh dimana kebosanan sudah mencapai klimaks. Mereka terlanjur berada pada posisi tersudut sehingga duduk di dalam gubuk kecil inipun terasa seperti duduk diantara pecahan kaca.

Mereka merasa orang pertama memusuhi mereka dan orang kedua membayangi esistensi mereka. Dilematik bagi mereka ketika prinsip telah luntur, mereka merasa salah, bahkan merasa tak seharusnya mereka masuk ke dalam gubuk kecil itu. Sehingga menarik diri dengan teratur adalah keputusan tersembunyi dalam benak mereka.

Gubuk kecil itu tak pernah tahu siapa kita dan bagaimana nuansa ketika kita berada di dalamnya. Tapi sungguh diantara kita telah ada segores karakter para penghuninya yang sangat mungkin membuat kita canggung untuk sekedar berucap salam. Mungkin karena kita berbeda warna dan rasa sehingga senyum pun terkadang seperti topeng.

Kawan...

Warna dan rasa yang kita miliki mungkin berbeda, tetapi di dalam gubuk ini kita telah direngkuh dalam ikatan hati yang abadi. Bahkan ketika nanti Allah Azza wa jalla mengijinkan kita berkumpul kembali di surga-Nya kita berharap bahwa itu dalam sebuah bingkai yang manis. Kita tidak bermusuhan dan tidak pula bersengketa...karena kita telah bersenyawa dalam cinta-Nya di gubuk kecil ini....

Halama

Kota Gudeg, 12 April 2011

Hai boi, terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Silahkan berkomentar dan meninggalkan kesan menyenangkan. Mari ngobrol asyik tentang apapun di blog nyantai ini. Semoga berkenan ya boi. Salaam #GoBlog ^_^


Terima Kasih

Halama Haris