badge

Sabtu, 16 Oktober 2010

Kita seperti dua kuncup di tangkai melati…

Anak laki-laki itu berlarian menuju timur, berkejaran dengan sekawanannya, seperti ‘anak kucing’ yang berkejaran memainkan cakar dan taring mungilnya. Tak perduli dengan sang waktu ataupun nuansanya. Karena seperti yang kau tahu, masa kecil adalah ladang permainan, tawa, dan canda mereka! Tawa dan teriakan seperti ritual yang memabukkan, kenyataan pudar di dalam dunia mereka.

Lihat saja bujang, anak laki-laki itu sekarang berada dalam batalion sepasukan teror yang berbahaya. Berlari layaknya prajurit Mongol yang menyerang desa. Liar seperti kancil nyolong timun dan ramai berkoar-koar seperti orang mendemo gedung DPR. Tangan mungil mereka tak perduli anak-anak yang mereka kejar berhambur ketakutan, memekik ngeri, bahkan tersungkur payah karenanya. Yang ada di otak kecil mereka adalah, kekuasaan dan penindasan! Weitsss ngeri banget!

Tapi begitulah tampaknya, bujang. Lihat saja benda di tangan mereka, benda itu berupa lembaran selebar daun telinga mereka, bukan-bukan-bukan atau mungkin lebih dari itu. Benda itulah kekuasaan dan penindasan yang menakutkan serta pusaka nan ampuh yang mereka dapatkan di belakang sekolah mungil itu, TK~Taman Kanak-kanak Raudhatul Athfal. Surga masa kecil mereka!

Lihat dan perhatikan lembar hijau itu, bertangkai, berjari-jari dengan serat yang rapi, inilah daun Hibiscus rosa sinensis. Tak seperti bunganya yang indah hingga dijuluki bunga sepatu, nasib daunnya justru seperti alas sepatu. Lihat saja daun ini sekarang seperti keracunan limbah, hijau layu kecoklatan. Yang menarik adalah di ujung hingga permukaannya yang hijau gelap itu~tersulam benda putih halus, bujang. Benang lembut yang sedikit mulai membungkus pusat kengerian pusaka ini dan menjelaskan semuanya. ULAT HIJAU KECIL DI DALAM GULUNGAN DAUN!

Lihat kan bejad-nya batalion sepasukan teror itu! Bujang, mereka benar-benar tak berperi keULATan! Kakek ulat sedang niat semedi dalem daun untuk bermetamofosis, eh seenak gigi ompong mereka menjadikannya senjata pemusnah anak-anak! Tak hanya 1 daun! Sepertinya udah berdaun-daun mereka lucuti!

Baiklah! Kita break sebentar, coba jalan sedikit ke timur, di sudut halaman itu, ada sebuah taman berukuran 10m x 6m. Taman yang memancing naluri kekanakan untuk mengekspresikan jiwa mereka. Mari kita absen:

1. Ada perosotan licin berwarna kuning, kalau kau duduk dengan bokong nempel dahulu wal hasil lesatannya 80km/jam tanpa transit!

2. Jungkit-jungkitan hijau yang parah encoknya, masak sih setiap beban di setiap ujungnya naik bergantian pastilah porosnya berbunyiii: “Ngeeekngeeekngeeek!”

3. Ada pula sangkar sang pencuri, benda biru serupa sangkar burung unta berbentuk kubus dengan t x p x l sama ukuran: 4m. Kalau kau masuk ke dalamnya, jelas kau akan terlihat serupa bang napi sedang syuting. Ini-lah lahan permainannya Kid si Pencuri, Tarzan, atau King of Persia (dasar gila fantasi nih!). Yang niat banget pengen lincah seperti mereka kudu nyicip ini permainan!

4. Nah sekarang dua benda kembar itu, berdiri berdampingan bergelantungan di palang besi berwarna merah. Bergerak ke depan ke belakang tergantung tenaga ayun si makhluk yang duduk di atas papan kecilnya. Ayunan dahsyat! Nah disinilan cerita itu dimulai!

Anak lelaki keluar dari rombongan pasukan teror dan melesat menuju taman bermain. Membuat beberapa anak seperti kijang kedatangan singa yang pengen silaturrahim. Seorang anak putri berambut ombak dan seorang lagi berambut rapi nan berkuncir antik meloncat, keduanya melengking ketakutan. Tiga orang centil lari berjamaah ke arah sudut taman, berpelukan erat tanda kesamaan derajat ketakutan. Anak lelaki itu semakin sumringah dan terus berlarian, berputar-putar mengejar beberapa mangsa tak berdaya!

Bola mata kecil si anak lelaki yang cemerlang menangkap mangsa baru di atas ayunan dahsyat. Seorang anak perempuan yang tak perduli penyerangan, dia lebih asyik dengan obrolan bersama teman di ayunan sebelah. Si anak lelaki menggempur, teman si anak perempuan melompat dan kabur sambil melengking taubat! Meninggalkan si anak perempuan yang mematung memandangi daun di tangan si anak lelaki. Sekarang ayunannya sempurna berhenti.

Sekarang daun Hibiscus seperti berubah menjadi belati haus korban. Si anak lelaki sumringah layaknya preman Jakarta naksir dompet, sesekali daun Hibiscus diayunkan maju mundur pada si anak perempuan. Mengancam dengan keseriusan yang polos!

Tangan si Anak Perempuan itu masih menggenggam besi ayunan. Dia masih duduk diatasnya sedangkan sepatu biru-putihnya menginjak tanah dengan tegar. Si Anak Lelaki menggertak! si Anak Perempuan tak bergeming! bibirnya terkunci rapat, alis matanya sedikit bertautan~hanya sedikit~ya, sedikit bertaut!

Dalam sepersekian detik, si Anak Lelaki baru sadar. Anak perempuan di depannya menatap datar, bola matanya yang lebar seperti jendela jiwa yang mewakili semua emosi kaum-nya. Ada bayangan hitam menghias di bibir kelopak bawah matanya yang lentik, menambah nuansa kalau dia itu memang berbeda.

Sesekali matanya mengerjap dan Tuhan seperti mengijinkan waktu berhenti saat itu juga. Untuk diabadikan! Untuk dikenang! Matanya berkaca-kaca.

Hidung mungilnya yang putih kembang kempis, memendar kemerahan. Ada setitik bening keluar di sudut mata lebarnya. Melunturkan bayangan hitam di garis matanya yang ternyata adalah celak. Anak lelaki kehilangan sumringahnya. Dia merasakan sesuatu, sesuatu yang menyelusup dengan halus ketika titik embun itu berlinang. Sebuah cerita dari balik jendela jiwa yang berkaca-kaca itu akan dikenangnya.

Si Anak Lelaki itu berbalik dan pergi. Melempar sergapan aneh di jiwa kecilnya yang polos, jiwa yang belum mengerti arti perasaan!

Ia menjauh dan berbaur dalam keriangan kawan-kawan batalion teror itu. Tak pernah tahu bagaimana si Anak Perempuan mulai bergeming dan menatap punggungnya menjauhi ayunan itu. Sampai sekarang, ketika si Anak Lelaki menuliskan ini, kata maaf belum pernah tersampaikan pada anak perempuan bercelak itu.

Oh memory, ini hanya awal cerita si Anak Lelaki itu.

Bersambung deh…

Hai boi, terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Silahkan berkomentar dan meninggalkan kesan menyenangkan. Mari ngobrol asyik tentang apapun di blog nyantai ini. Semoga berkenan ya boi. Salaam #GoBlog ^_^


Terima Kasih

Halama Haris