Sudah dua hari aku coba ngomong begitu sama The Second Lalu yang 2 taon ini satu kamar kost denganku. Dia saudara nomor 2 dari Haris bersaudara! Oke kita lanjutkan ya, sudah dua hari itu aku geregetan (sebenarnya sih sejak masuk bulan syawal). Aku sendiri merasakan kalu pendidikan Ramadhan mulai luntur dalam diriku, yang namanya bangun sebelum subuh sudah seperti ngangkat karung isi pisang (berat banget tapi enak di isinya eui…nggak nyambung tapi disambung-sambungin ya! *HEH siapa yang nyebut monyet barusan!*).
Ya udah, akhirnya tekad itu terbentuk juga~cieeee. Aku harus tetap bisa shalat subuh berjamaah, pokoknya nggak boleh ketinggalan lagi hanya karena enak bikin peta di bantal empuk tercinta! Si Second Lalu juga harus shalat subuh jamaah! Akhirnya walau ngigau nggak jelas tetep juga dia bangun (semua: Alhamdulillaaaah!).
Dengan koko abu-abu tersayang dan belitan sarung di pinggang aku ngeloyor keluar kamar. Ke masjid sambil berharap adikku nggak lagi “bercumbu” dengan kasur empuk di kamar kost. (kita ringkas aja ya: ceritanya shalat jamaah subuh sudah selesai)
Para jamaah sibuk berzikir dan aku bersyukur banget, eeeh si adek ternyata shalat walau keliatan rambutnya dan wajahnya sama kusut karena baru bangun tidur. Kulirik-lirik jamaah lainnya, yaa sama juga. Orangnya itu-itu juga, yaa seperti inilah pagi di Krasak, Kotabaru Yogyakarta. 1 shaf pria dan 1 shaf wanita, emang shalat subuh berjamaah berat bagi sebagian orang Islam. Satu-satunya cara supaya nggak berat ya dibikin ringan (lhaaaa! piye to?), pokoknya kalau lihat ibadah sebagai suatu kebutuhan ya pasti jadi ringan lah! wong makan aja 3x sehari nggak repot. Masak sih shalat 5 waktu berjamaah saja repot. Pernah sih denger hadist Rasulullah yang intinya, pembeda antara orang ber-Iman dengan orang munafik fik fik fik adalah shalat subuh berjamaah, soalnya orang munafik ntu berat untuk bangun shalat subuh berjamaah. Deuh, ngeri pisan eui (sunda lingua mode ON). Nggak percaya? Astagfirullah…buka deh tuh Kitab Riyadush Shalihin karya Imam AnNawawi.
Ya lanjutlah! Setelah itulah aku kembali ke kos dan mulai ber-action di dalam kamar kost. Pokoknya nggak boleh tidur karena ntar jam 8 harus bimbingan skripsi, melaju bersama si Black. Untunglah selasa kemarin sudah antri di urutan ke-4 untuk bimbingan, jadi lebih tenang lah untuk mengurutkan aktifitas di kost dulu. Ini otak sedang dalam kondisi disiplin, you know? seru aja rasanya!
Akhirnya kuputuskan harus ngaji Qur’an terus dilanjutkan dengan baca novel The Bartimaeus Trilogy (urutan aktifitas yang aneh ya). Akhirnya aktivitas pertama tuntas lalu berlanjut ke aktivitas kedua, aku bersandar pada bantal guling yang dalam hitungan sekian detik aku kena guna-guna jin Bartimaeus di dalam buku, terlelap di tontoni sama buku yang pasrah jatuh di sampingku (ketiduran lah intinya!). Tenaaaang banged ini pagi…
Kubuka mata pertama, secara otomatis alarm Ha Pe yang sedang bunyi, MATI! (aku ngelihat dari celah mata ada jempol yang refleks matiin tuh alarm)
Kubuka mata kedua, kok si Second Lalu sudah kagak ada! (padahal tadi sedang baring di atas kasur!) ah, akhirnya merem lagi!
Kubuka mata ketiga kali, tengok jam…eh baru jam 7. Yaaa 15 menit lagi dah!
Kubuka mata keempat kalinya, setengah 8. hemph baru setengah 8.
Sebuah sms masuk! jempol yang tadi kulihat lewat celah mata nongol lagi dan mencet tuts Ha Pe:
Hayo buruan, ini pakai absen baru lagi lho!
HAH! ENAK AJA! HADOOOOOH!
Secepat kijang, sesimpel bebek, mandiku diringkas-seringkas-ringkasnya! Lalu berdandan (WeeeeK) dan segera meluncur bersama si Black menuju Kampus Hijau. Bimbingan skripsi! weee...kok si monkey boncengan!
Husss, lanjut. Nah, ternyata disinilah istilah, Homo Homini Lupus berlaku. Manusia memang serigala untuk manusia lainnya, kalau sudah yang namanya kepentingan apapun di lakukan. Lihat aja, aku yang kemarin datang pagi dan dapat urutan ke 4 sekarang turun peringkat jadi urutang ke 12. Apa kata dunia!
Kesal! pasti!
Marah! Sangat!
Tapi aku berpikir: nggak ada gunanya, biarlah!
Tetaplah aku duduk manis di ruang tunggu seperti orang ambien mau check up ke dokter. Egh ada lagi yang datang komplain masalah presensi homo homini lupus itu. Aku mendukungnya dan sedikit mengoceh dalam bahasa retorika tak jelas. Dan cukuplah itu menjadi pengacau urutan sampai absensi hari kemarin datang.
Era, adik kelasku yang satu bimbingan keluar dari ruang Dosen dan berkata, '’Yang ngumpulin skripsi kemarin disuruh ngambil. Sudah diperiksa sama Pak Mu****d!” (hehe disensor ya, ntar skripsi saya bermasalah bawa-bawa merek!)
Kulihat wajah berseri orang-orang yang di sekitarku. Sedangkan kutengok di tanganku yang mendekap manis setumpuk kertas dengan klip hitam di pinggirnya. Mampus! Dasar lelaki kecil! kenapa juga skripsi ini kemarin kuambil!
Jadi tak diperiksa deh! Nasiiiiiib…..
Hai boi, terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Silahkan berkomentar dan meninggalkan kesan menyenangkan. Mari ngobrol asyik tentang apapun di blog nyantai ini. Semoga berkenan ya boi. Salaam #GoBlog ^_^
Terima Kasih
Halama Haris