badge

Selasa, 08 Maret 2016

Astronot dan Istrinya




Aku sedang membenci diriku lebih dari membenci orang lain. Pernahkah itu terjadi padamu? Mungkin disuatu ketika dimana aku memang tidak tahu, atau tidak seharusnya tahu tentang itu. Sepertinya karena aku adalah sumber kebencianmu.

Baiklah, tapi sekarang aku telah menjadi astronot, sesuatu yang terwujud dan kamu harapkan selama ini. Aku menyambangi puncak kebencianku pada dirimu yang selalu ingin diambilkan bulan atau dipetikkan bintang. Bukan karena itu terlalu tinggi, tapi lebih karena jarak diantara kita yang semakin jauh rasanya.

Aku tidak lagi tahu bagaimana di bawah sana kamu menitipkan bisikan kesah pada bantal tidurmu. Aku tidak lagi tahu, apakah di bawah sana ada yang berlarian mencarikanmu obat di apotik ketika tiba-tiba penyakitmu kambuh. 

Aku tidak lagi tahu, di bawah sana ikan hias di kolam kita masih tersisa berapa. Aku tidak lagi tahu, di bawah sana masihkah sering kau panggil abang siomai untuk menemani istirahat sore kita di teras rumah. Semua itu sepertinya baru kemarin terjadi dan sekarang ruang jarak adalah kebencian terbesar milikku karena jauh darimu.

Aku telah menjadi astronot, lebih dekat pada bulan dan dihamburi benda langit yang membingungkan. Aku terapung dan menjauh dari pesawat induk. Bahkan semakin jauh lagi dari dirimu dan mungkin tidak akan pernah kembali. 

Pada akhirnya aku tidak bisa membawakan bintang dan bulan yang selalu menjadi ceritamu di malam itu. Tapi sekarang tengoklah langit, mungkin disana aku telah menjadi salah satu bintang yang menemani bulan. Kelak kamu bisa bercerita pada gadis kecil itu, itu ayahmu.

(H.H-01-2014)
Yogyakarta

Hai boi, terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Silahkan berkomentar dan meninggalkan kesan menyenangkan. Mari ngobrol asyik tentang apapun di blog nyantai ini. Semoga berkenan ya boi. Salaam #GoBlog ^_^


Terima Kasih

Halama Haris