badge

Selasa, 22 Desember 2015

KESATRIA-KESATRIA EMBUN (7)



Anak Kost
(Part 2)


KISAH SEBELUMNYA



Sejak awal aku berusaha beradaptasi dengan bermacam karakter teman kostku. Karena jelas aku harus pandai-pandai memilih teman kalau ingin jadi orang sukses yang berakhlak seperti kata Simbah Putri. Maka untuk mencapai itu ada tiga langkah strategis yang kugunakan beradaptasi sejak awal menginjakkan kaki di kost-kostan ini. Jangan ketawa ya kalau ternyata ceritaku terlalu teoritis. Tapi tak ada salahnya kan berbagi.

Baiklah, pertama-tama aku akan mencoba mengenali sifat dasar teman-teman kostku, setelah itu aku akan menyimpulkan cara berpikir mereka, dan yang terakhir adalah mengambil sikap untuk bergaul dengan mereka. Misalnya saja Mas Bima Yudiantoro, sejak perkenalan pertama aku mulai tahu sifat dasar lelaki asal Semarang ini : cuek dan egois. Karena itulah setiap ada kumpul di ruang tengah kost, ia terlihat selalu dominan kalau bicara, apalagi kalau sudah berbicara tentang dirinya, ia memuji diri dengan amat sangat terselubung. Tidak jarang omongannya berputar-putar untuk mengangkat ego-nya dengan sangat retoris―begitulah cara berpikirnya.

Maka sikapku padanya adalah tak akan repot-repot mengganggunya di dalam kamar yang berbau asap rokok itu. Kamar kost yang berjejalan dengan dispanser, speaker hight quality dan joy stick game, kabel-kabel yang meliuk seperti ular bergulat, tiga tumpuk buku panduan program komputer, dan setumpuk CD film serta program komputer yang menemaninya sepanjang hari. 

Maklumlah, Mas Bima adalah mahasiswasemester 10 di salah satu Kampus jurusan Komputer di Yogyakarta. Berbanding terbalik dengan Mas Dudung. Lelaki asal Tasikmalaya ini tak banyak tingkah, lebih sering tersenyum ramah dan mendengarkan―kurasa inilah sifat dasarnya. 


Penampilannya yang sederhana, rapi, dan tak neko-neko membuatnya terlihat sebagai orang bersih yang tak banyak musuh, tetapi anehnya ia juga tak punya banyak teman. Sebuah kacamata yang bertengger di wajah Mas Dudung mengesankan wajah seorang intelek kebanyakan. Terkesan cerdas. Kurasa sangat pantas orang seperti dia tak punya banyak musuh dan teman, karena statusnya sebagai 

mahasiswa jurusan Sastra Inggris di salah satu PTN tersohor telah membuatnya menjadi lelaki yang sangat obsesif. Itulah yang membuat pikirannya selalu berkutat dengan targeting, targeting, dan targeting. Bahkan didinding kamarnya telah tertempel rapi note dan peta hidupnya dengan segala hal yang sudah tercapai dan yang belum dicapainya. Itu jelas membuat motivasiku di dalam dada cukup terkompori.


Tapi karena obsesinya dan bidang keilmuannya jugalah aku tak jarang mencoba berguru berlatih cas-cis-cus Bahasa Inggris langsung dengannya. Walau awalnya butuh usaha ekstra untuk membuka percakapan, entah itu dengan cara meminjam Novel berbahasa Inggris yang tak kumengerti artinya atau sengaja mengetuk pintu kamar untuk bertanya beberapa hal dalam Bahasa Ingris untuk menyelesaikan tugas kuliahku. Dengan usaha gigih itu pada akhirnya ia pun bersedia, begitulah penyikapanku pada Mas Dudung yang sesuai dengan pepatah : ada udang di balik batu.



Penghuni kost-ku yang terakhir kami panggil Pak Koyan. Seorang lelaki usia tiga puluhan tahun, berambut tipis, berwajah anomali. Bayangkan sebuah wajah angker Chuky the Killer Dool yang dalam hitungan detik berubah menjadi wajah lucu bin kocak Jim Carrey___begitulah sifatnya berkesan hanya dari sebuah wajah. Kerutan usia di wajahnya beradu dengan beberapa goresan luka sobek di wajahnya. 


Luka itu berbekas karena pecahan kaca dalam perseteruan keras di sebuah tempatnya bekerja di Jakarta. Maka enam tahun setelah itu jadilah wajah itu horor yang tak direkayasa. Tapi seperti tadi, seketika ia bisa berubah menjadi lucu karena sifatnya yang kocak. Kerasnya hidup seperti tak berpengaruh pada lelaki ini, atau mungkin hidup justru sudah bosan bersikap keras padanya. 


Begitulah Pak Koyan―Entah siapa nama aslinya, aku lupa, yang jelas panggilan Koyan telah disematkan oleh Mas Bima sejak pertama kali lelaki itu in the kost di tempat Pak Harkat. Panggilan Koyan menempel padanya tak lain karena pekerjaannya sebagai pengantar koran dengan sepeda berkeranjang di sekitar Kota Jogja, setiap hari―setiap pagi mengunjungi pelanggannya.



Jejaka usia kepala tiga ini tak ambil pusing soal panggilannya itu. Sama seperti caranya memandang hidup yang simpel dan nerimo. Sifatnya itu pulalah yang membuatku lebih enjoy mengobrol bermacam hal di kamar kostnya. Tapi sekali lagi : ada udang di balik batu___jelas, itu karena aku bisa baca koran gratis di kamarnya sambil menonton televisi.

Begitulah tiga orang tetangga kamar kost-ku yang berkarakter. Seperti pepatah : lain padang lain belalang, maka lain kamar lain pula karakter penghuninya. Terkadang kami―penghuni kost Pak Harkat punya waktu bersama dimana seisi kost komplit berkumpul di ruang tengah kost-kostan. 

Waktunya tak tentu, tapi yang jelas ketika semua sedang kosong agenda, maka berkumpul dan bercerita di ruang tengah adalah sebuah ruang rehat yang menyenangkan. Walaupun hanya sekedar berbagi cerita, berbicara berita, atau antusias masalah pertandingan bola. Sebagai anak baru dan tentunya usia termuda di kost-kostan ini, aku memang harus pandai-pandai bersikap agar bisa nyaman diantara mereka. Setidaknya mereka semua muslim sehingga aku tak lagi canggung untuk bersikap, atau setidaknya aku bisa menyapa mereka dengan salam tanpa ragu.

***




EMBUN

“Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datangmengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah. Kabarkan jugakepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan akan datang secepatkelebatan cahaya dan kedipan mata. Kabarkan juga kepada orang yang ditindas bahwakelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba.”(Dr. Aidh al-Qarni)



BERSAMBUNG ...


KISAH SELANJUTNYA





2 komentar

seperti kata pepatah ya mas bahwasanya di mana berpijak berpijak disitu langit dijunjung, jadi intinya kita harus bisa beradaptasi dimanapun kita berada contohnya seperti di kost-an ini

Iya mas Yanto...begitulah pesan yang ingin disampaikan. Thanks saran di blognya. Segera bertamu lagi mas yan...hehe

Hai boi, terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Silahkan berkomentar dan meninggalkan kesan menyenangkan. Mari ngobrol asyik tentang apapun di blog nyantai ini. Semoga berkenan ya boi. Salaam #GoBlog ^_^


Terima Kasih

Halama Haris